Sang Perayu…

before

“Tuhan senang kepada orang-orang yang manja kepada-Nya”

KH. Nasrudin Anshory mengajak seluruh jamaah untuk berdoa, apapun yang diminta, keheningan lereng bukit itu, semilir angin menjadi saksinya.. Seolah malaikat turun bersama para petani yang datang berduyun-duyun berjalan kaki, menghimpun doa-doa mereka yang berserakan dan membawanya ke langit sana…

Usai berdoa, tausiyah malam itu Gus Pur yang berbagi cerita, bersama ayam ingkung dan nasi gurih yang dibagi kepada seluruh jamaah…

“Ada seorang Kyai pimpinan Pondok Pesantren di Purworejo sana yang mengajarkan kita tentang ilmu Tauhid dengan cara sederhana…” Gus Pur mulai berbicara.

“Beliau sangat menjaga sholatnya, bukan hanya kata-katanya yang lembut tapi juga kebersihan tubuhnya. Jika menjelang sholat Dzuhur jam setengah dua belas beliau sudah mandi, berganti baju, menyisir rambutnya, memakai minyak wangi, rapi seperti akan bertemu dengan kekasihnya.. Adzan berkumandang beliau sudah ada di Masjid, beribadah dengan begitu tenang.. seolah dunia dan seisinya tidak mempengaruhi kekhusukannya..” lanjut Gus Pur

“Begitu juga ketika akan Magrib, jam 5 beliau sudah rapi, menunggu petang dengan tenang, seolah-olah Magrib datang adalah pertemuan dengan kekasihnya yang telah lama dirindukan… Berdoapun beliau begitu khusuuuk, menadahkan tangan seolah-olah itu adalah sholat terahirnya”

Jamaah yang hadir terdiam…

“Sementara kita, kadang sholat hanya sebagai syarat.. Buru-buru dikejar waktu, pertemuan dengan Allah hanya seperti mengisi absen di kantor, begitu cepat dan kita pergi lagi.. Tidak ada dialog dari hati, sholat kita seperti tak dinikmati…”

Aku pun mengangguk mengiyakan…

“Sekali waktu seorang santri mengabarkan kalau motor pak Kyai hilang, jawaban beliau nyaris tanpa beban kehilangan.. ‘Kalo Allah menghendaki motor itu kembali, pasti akan kembali lagi..’
Tak lama seorang santri datang lagi, mengabarkan kalau motor sudah ditemukan, mogok dipinggir sawah dan ditinggal maling yang mengambil dari pekarangan…”

“Itulah bedanya kita dengan beliau, kita kalau kehilangan motor pasti yang dituju pertama paranormal dan polisi… Kalau pak Kyai pasrahkan pada Allah, Dia yang Maha Kuasa yang akan mengurusnya.. Yakin se yakin-yakinnya”

Angin semilir di Bukit Selopamioro yang sunyi ini seolah ikut membisu, mengajak semua hati yang hadir untuk takhluk pada-Mu…

Saptuari S


Tinggalkan komentar